Minggu, 11 Februari 2018

Jum`at manis!



Assalamu`alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Kau tahu, siang ini langit takjub pada kaki-kaki yang berjalan teratur, pada barisan majelis ilmu yang rapi tersusun dan cinta yang mengudara bersama takbir di angkasa. Wajah-wajah yang berkeringat tapi tidak kehilangan senyuman, berjuta hati yang gemuruh tapi tetap tunduk pada kebesaran Rabbnya. Sebuah pembuktian cinta, bukan hanya kepada Sang Pencipta tapi juga kepada saudari seakidah. Gerakan Menutup Aurat membumi di berbagai tempat, tidak terkecuali kampus kita, Universitas Negeri Medan. Aku ingin berbagi sedikit kisah tentang hari itu. Semoga kau suka. 

Jum`at, 9 Februari 2018 menjadi hari yang berbeda. Saat sekitar delapan puluhan muslimah berkumpul dan menyusun barisan, berjilbab seragam dengan warna merah marun. Terlihat manis tapi pemberani. Beberapa orang terlihat membawa TOA dan spanduk, yang lainnya membawa bendera kecil-kecil yang berkibar tertiup angin. Disana tertulis jelas “Gebyar Hijab Day 2018”. Aku takjub. Sebuah aksi dijalankan dengan rasa rendah hati dan kesederhaaan.  Aku juga bahagia, telah diberi kesempatan untuk bisa membersamai gerak langkah mereka.  Hari itu adalah momen pawai dan tebar hijab untuk muslimah yang ada di kampus kita tercinta. Aksi ini merupakan rangkaian kegiatan Gebyar Hiab Day 2018 yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Hijab Internasional yang jatuh tanggal 14 Februari. Srikandi-srikandi pemberani yang menjadi penggeraknya adalah para muslimah kader UKMI Ar Rahman Universitas Negeri Medan. 

Kisah manis bertebaran di aksi kali itu, kau tahu bagaimana rasanya memberikan hijab syar`i kepada mereka yang belum mengenakannya? Atau melihat ekspresi kaget, bengong, bingung dan bahagia dari mereka yang menerimanya? Perasaan yang sulit sekai dijelaskan. Terlebih jika diberi kesempatan menatap mata yang berkaca-kaca dari saudari yang dipakaikan hijab syar`i dan seolah enggan melepaskannya lagi. Rabbana, Sang pemilik hidayah. Janganlah Engkau cabut hidayah itu dari diri kami setelah hidup kami terang bersamanya. Seketika rasa lelah, haus dan kulit yang terbakar lenyap begitu saja. 

Tapi yang namanya kebaikan, pasti tetap ada yang tidak menyukainya. Cibiran, ejekan, ada beberapa kata-kata menyakitkan yang sempat terdengar. Bahkan ada yang tertawa melecehkan dengan menyebut-nyebut tentang Palestina. Duri-duri dalam berdakwah itu lumrah, bukan? Tersakiti, pasti.. marah, membalas atau dendam berkepanjangan? Tentu bukan tempatnya bagi siapapun yang ingin membidadarikan diri. Rasanya seperti menapaktilasi perjalanan dakwah Rasulullah SAW, tapi jalan yang kita lalui ini tentu masih seujung kuku. Luka dan lelahnya belum ada apa-apanya. 

Dibalik usaha-usaha yang tidak kenal lelah ini, ingin sekali kami menyampaikan bahwa engkau (saudari muslimah dimanapun berada) lebih kami cintai dari diri kami sendiri. Kami menyadari ada begitu banyak kekurangan ketika menyampaikan satu hal, yang terkadang menjelma tembok pemisah atau jurang yang menghalangi kita. Atau berbedanya tampilan yang menciptakan jarak bagi kita. Semoga Allah berkenan menyatukan hati-hati yang masih terserak, menghimpun kita menjadi barisan orang-orang yang saling mengasihi. Atas nama iman dan persaudaraan. 

Dan kau, semoga selalu istiqomah dengan keimananmu. #janganlupatutupaurat :)


0 komentar:

Posting Komentar

 
;