Kau tahu, siang ini langit takjub pada kaki-kaki yang
berjalan teratur, pada barisan majelis ilmu yang rapi tersusun dan cinta yang
mengudara bersama takbir di angkasa. Wajah-wajah yang berkeringat tapi
tidak kehilangan senyuman, berjuta hati yang gemuruh tapi tetap tunduk pada
kebesaran Rabbnya. Sebuah pembuktian cinta, bukan hanya kepada Sang Pencipta
tapi juga kepada saudari seakidah. Gerakan Menutup Aurat membumi di berbagai
tempat, tidak terkecuali kampus kita, Universitas Negeri Medan. Aku ingin
berbagi sedikit kisah tentang hari itu. Semoga kau suka.
Jum`at, 9 Februari 2018 menjadi hari yang berbeda. Saat
sekitar delapan puluhan muslimah berkumpul dan menyusun barisan, berjilbab seragam
dengan warna merah marun. Terlihat manis tapi pemberani. Beberapa orang
terlihat membawa TOA dan spanduk, yang lainnya membawa bendera kecil-kecil yang
berkibar tertiup angin. Disana tertulis jelas “Gebyar Hijab Day 2018”. Aku
takjub. Sebuah aksi dijalankan dengan rasa rendah hati dan kesederhaaan. Aku juga bahagia, telah diberi kesempatan untuk
bisa membersamai gerak langkah mereka. Hari itu adalah momen pawai dan tebar hijab
untuk muslimah yang ada di kampus kita tercinta. Aksi ini merupakan rangkaian
kegiatan Gebyar Hiab Day 2018 yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Hijab
Internasional yang jatuh tanggal 14 Februari. Srikandi-srikandi pemberani yang
menjadi penggeraknya adalah para muslimah kader UKMI Ar Rahman Universitas
Negeri Medan.
Kisah manis bertebaran di aksi kali itu, kau tahu bagaimana
rasanya memberikan hijab syar`i kepada mereka yang belum mengenakannya? Atau
melihat ekspresi kaget, bengong, bingung dan bahagia dari mereka yang
menerimanya? Perasaan yang sulit sekai dijelaskan. Terlebih jika diberi
kesempatan menatap mata yang berkaca-kaca dari saudari yang dipakaikan hijab
syar`i dan seolah enggan melepaskannya lagi. Rabbana, Sang pemilik hidayah.
Janganlah Engkau cabut hidayah itu dari diri kami setelah hidup kami terang bersamanya.
Seketika rasa lelah, haus dan kulit yang terbakar lenyap begitu saja.
Tapi yang namanya kebaikan, pasti tetap ada yang tidak
menyukainya. Cibiran, ejekan, ada beberapa kata-kata menyakitkan yang sempat
terdengar. Bahkan ada yang tertawa melecehkan dengan menyebut-nyebut tentang
Palestina. Duri-duri dalam berdakwah itu lumrah, bukan? Tersakiti, pasti..
marah, membalas atau dendam berkepanjangan? Tentu bukan tempatnya bagi siapapun
yang ingin membidadarikan diri. Rasanya seperti menapaktilasi perjalanan dakwah
Rasulullah SAW, tapi jalan yang kita lalui ini tentu masih seujung kuku. Luka
dan lelahnya belum ada apa-apanya.
Dibalik usaha-usaha yang tidak kenal lelah ini, ingin sekali
kami menyampaikan bahwa engkau (saudari muslimah dimanapun berada) lebih kami
cintai dari diri kami sendiri. Kami menyadari ada begitu banyak kekurangan ketika
menyampaikan satu hal, yang terkadang menjelma tembok pemisah atau jurang yang
menghalangi kita. Atau berbedanya tampilan yang menciptakan jarak bagi kita.
Semoga Allah berkenan menyatukan hati-hati yang masih terserak, menghimpun kita
menjadi barisan orang-orang yang saling mengasihi. Atas nama iman dan
persaudaraan.
Dan kau, semoga selalu istiqomah dengan keimananmu.
#janganlupatutupaurat :)
0 komentar:
Posting Komentar