Mutiara di Medan Dakwah
Dunia dakwah tak akan mungkin bisa dipisahkan dari
sosok-sosok tangguh nan lembut bersahaja. Seperti
yang kita tahu bahwa muslimah telah memainkan perannya bahkan sejak wahyu
pertama diturunkan. Ketika Rasulullah SAW pulang dengan tubuh menggigil karena
ketakutan sebab baru saja dihampiri oleh malaikat jibril, siapa yang
menenangkan hatinya? Seorang muslimah. Istri tercinta baginda, ummul mukminin
Khadijah r.a. Bayangkan jika saat itu tidak ada Khadijah, Rasulullah pasti sudah
bingung bukan kepalang. Siapa yang akan mengatakan kalimat lembut yang
meluluhkan hati siapapun yang mendengarnya ini :
“Jangan takut, demi Allah, Tuhan tidak akan membinasakan engkau. Engkau
selalu menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan
barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan
karena menegakkan kebenaran.”
Begitu manis caranya menenangkan Rasulullah.
Peran
Khadijah tentu tak hanya berhenti sampai disitu. Kita telah mengenal sosoknya
sebagai saudagar kaya yang sukses berniaga. Hartanya berlimpah. Namun semua itu
sudah bukan lagi miliknya ketika risalah Al-Islam sampai di pundak suaminya.
Hartanya adalah milik Islam. Ia mempersembahkan seluruh hartanya di jalan
Allah. Menginfakkannya untuk kebutuhan kaum muslimin kala itu.
Khadijah memegang peranan yang begitu penting dalam
perkembangan dakwah Islam di awal tahun kenabian yang sungguh penuh dengan
cobaan. Disamping mengambil peran utamanya sebagai pendamping setia Rasulullah
yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk sang suami, ia juga mengambil peran
sebagai pendukung dana dalam perjuangan Islam. Bahkan dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa Allah SWT menyampaikan salam untuknya melalui malaikat Jibril.
Sungguh Khadijah r.a adalah teladan bagi kaum muslimah.
Selain
Khadijah ada sosok Ummahatul muslimin lainnya, termasuk Aisyah r.a. Sosok
muslimah cerdas yang ceria. Aisyah berada di deretan ke empat nama perawi yang paling banyak meriwayatkan
hadits. Ia adalah satu-satunya muslimah diantara nama-nama tersebut. Aisyah
telah meriwayatkan 2.210 hadits. Ia menghabiskan hidupnya begitu panjang
bersama Rasulullah dan turut mewarnai perjuangan dakwah Islam.
Kemudian
siapa yang tak kenal dengan Sumayyah? Mujahidah tunggal di masa nubuwah. Ketika
ia bersama suaminya, Yasir juga anaknya Ammar bin Yasir r.a mengalami
penyiksaan luar biasa oleh orang-orang musyrik
yang dipimpin oleh Abu Jahal, tak sedikitpun keimanannya terusik. Ia
lebih memilih menemui syahidnya diujung tombak kaum musyrikin yang menembus
tubuhnya dari pada meninggalkan agama Muhammad yang mulia. Rasulullah semakin
mengokohkan keimanannya dengan berkata, “Sabarlah
wahai keluarga Yasir ! sesungguhnya tempat yang telah dijanjikan untuk kalian
adalah syurga.”
Ketiga
nama tersebut; Khadijah,Aisyah dan Sumayyah adalah contoh dari sekian banyak nama-nama
perempuan pejuang dalam Islam. Betapa kuatnya peranan kaum muslimah di medan
dakwah. Imam Syahid Hasan Al Banna mengungkapkan, bahwa wanita muslimah mampu
menggoyang ayunan dengan tangan kanannya dan mengguncang dunia dengan tangan
kirinya. Masya Allah. Berbahagialah duhai kaum muslimah.
Menjadi
seorang da`iyah, seorang pejuang dakwah tentu sedikit banyak merubah sisi-sisi
kehidupan seorang muslimah. Ia bukan lagi sosok-sosok centil yang lama mematut
diri di depan cermin, sebab ia tahu bergegas menuju medan dakwah, bermandikan
keringat disana adalah jauh lebih mulia adanya. Ia bukan lagi sosok manja yang
suka mengeluh karena kesulitan dunia, karena sifat qona`ah telah terpatri kuat
di dalam jiwanya. Ia bukan pula sosok shopaholic
yang gemar menghabiskan rupiah di kantong belanja, karena para saudarinya sudah
sering mengingatkan bahwa perbelanjaan terbaik itu ada di jalan Allah SWT. Ia
berbeda, sangat berbeda. Medan dakwah menempanya menjadi demikian dewasa. Tangguh.
Bersahaja.
Perempuan-perempuan
pejuang, ada di garda depan ketika diminta turun meneriakkan kalimat jihad
militan. Juga ada di garda depan ketika dihadapkan pada seni menyentuh hati
objek-objek dakwah. Itu juga alasan mengapa jika kita cermati, kader akhwat
jauh lebih banyak jumlahnya. Inilah kelebihan muslimah. Saya tidak sedang
menulis sebagai seorang feminis yang mengagungkan perempuan dan menuntut
persamaan hak seperti kaum lelaki. Bukan. Saya hanya ingin menyampaikan betapa
urgennya pergerakan bagi kaum muslimah, betapa mereka adalah mutiara yang
berserakan di medan jihad fii sabilillah.
Seorang
muslimah harus berusaha untuk sholeh secara pribadi dan mensholehkan
lingkungannya. Sangat penting untuk kita sadari bahwa muslimah memegang peranan
terpenting dalam hal regenerasi pejuang-pejuang hebat. Separuh kecerdasan anak
telah terbentuk sejak mereka ada di dalam kandungan, maka muslimah yang cerdas
secara intelektual, emosional juga spiritual akan menurunkan sifat ini kepada
anak-anaknya kelak.
Dalam
buku Kontribusi Muslimah Dalam Mihwar
Daulah Sumaryatin Zarkasyi menuliskan bahwa setiap muslimah harus memiliki
5 karakter inti dalam dirinya, yaitu bertakwa, sejahtera, cerdas, berdaya dan
berbudaya. Karakter yang telah tergambar jelas dalam pribadi ummahatul
muslimin.
Menjadi
mutiara di medan dakwah. Sungguh merupakan suatu kebahagiaan bagi kaum
muslimah. Menebarkan ajaran Islam yang mulia, menyentuh hati para objek dakwah
dengan kelembutan lisan dan akhlaknya. Mencemburui para bidadari di dalam
syurga. Maka sekali lagi mari kita bersyukur sepenuh jiwa, semoga kita bisa
mengekspresikan rasa syukur itu dengan senantiasa meingkatkan kapasitas dan
kualitas diri, kian semangat berdakwah dan memohon agar diberi keistiqomahan.
‘‘dan ada bidadari-bidadari yang
bermata indah, laksana mutiara yang tersimpan baik.“
(Q.S
Al Waqi`ah : 22-23)
Wallahua`lam bisshawab.
Referensi : Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyurrahman Al
Mubarakhfurri.
Kontribusi
Muslimah Dalam Mihwar Daulah, Sumaryatin Zarkasyi.