Minggu, 07 November 2021 0 komentar

    Menjadi Penghafal Al-Qur`an Bersama Runah Al-Qur`an Daarut Tarbiyah

 Bukan kita yang memilih takdir, tapi takirlah yang memilih kita. Begitu indah ungkapan salah seorang kesatria Islam, Salahuddin Al Ayyubi. Takdir adalah rahasia besar yang manusia harus menjalaninya dengan keridhona penuh kepada Rabb semesta alam. Rabb pencipta manusia, penulis jalan kehidupan setiap makhluknya dengan sifat Al `alim yang sempurna. Takdir pula yang mempertemukanku dengan jalan cinta panjang nan penuh perjuangan ini. Di sebuah Rumah Qur`an yang jauh di seberang pulau dari rumah kediamanku, aku berdiri menyambut takdir itu. Rumah Al-Qur`an Daarut Tarbiyah, tempat kisah perjuanganku dimulai. Daarut Tarbiyah, tempat harapan dan kepasrahan penuh pada Allah SWT bertemu, tempat cita-cita mampu membaca Al-Qur`an dengan baik dan benar beranak tangga menuju cita-cita surga yang mulia. Di Daarut Tarbiyah ku belajar dan berjuang menjadi seorang hamalatul Qur`an. 

    Dua cemburu yang halal bertahta di hati seorang mukmin; cemburu pada ahlul Qur`an dan ahlu shadaqah. Rasa cemburu itu yang sepantasnya kita tumbuhkan agar semangat kembali membara untuk belajar. Khususnya mempelajari Alqur`anul kariim agar kita juga mampu terus membaca, menghafal dan mengamalkannya siang dan malam. Rasa cemburu itu pula yang nyatanya mampu membuat tangan dan kaki ini tergerak untuk mencari informasi tentang tempat belajar Al Qur`an selepas tamat pendidikan di Universitas. Begitu fakirnya diri ini tentang ilmu Al Qur`an, begitu buruk bacaan terlebih hafalan Al Qur`an yang dimiliki. Dan begituah takdir Allah mempertemukanku dengan Daarut Tarbiyah. Selepas rangkaian seleksi berkas, wawancara dan beberapa tes, kumantapkan hati ini melangkah menuntut ilmu. 

    Masih teringat debar jantung saat pesawat yang kutumpangi mulai terbang memeluk angkasa. Bayangan akan pahit manisnya belajar mulai terbayang di pelupuk mata. Apakah ini akan mudah? Aku pun tidak mengetahuinya. Tapi seperti sebuah ungkapan, "Sekali layar terkembang, surut kita berpantang." Setelah azzam yang dikuatkan maka selanjutnya adalah bertawakkal kepada Allah SWT. Hari demi hari pun kulewati dengan cerita yang warna-warni. Di Daarut Tarbiyah kita akan ditempa menjadi jundi Allah yang kuat jasmani, mental dan ruhani. Bukan hanya belajar memperbaiki bacaan Al Qur`an, kita pun dididik memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah wajib dan sunnah. 

    Siang hari di Daarut Tarbiyah adalah waktu kesungguhan menuntut ilmu. Tahsinul Qur`an yang bagiku tidak mudah. Mulai dari belajar melafadzkan huruf demi huruf dengan benar, belajar hukum-hukum tajwid hingga ayatul gharib, seluruhnya baik teori maupun praktik diajarkan oleh Ustadzah dengan penuh kesabaran. Bahkan lafadz ta`awudz dan basmallahku masih salah berkali-kali. Tapi Ustadzah tidak menyerah dan terus mengajarkan ilmunya dengan senyuman ramah. 

    Sebagaimana Rasulullah membentuk generasi terbaik umat ini, seperti itu pula rasanya di Daarut Tarbiyah kita hendak dibina. Rasulullah mendisiplinkan para sahabat dengan sholat berjama`ah, meneguhkan jiwa mereka dengan sholat malam dan tilawah Al-Qur`an, mengkonsolidasi kekuatan mereka dengan menyampaikan visi-misi surgawi yang abadi. Mutaba`ah yaumiyah di Daarut Tarbiyah tidak jauh dari kewajiban-kewajiban serupa. Tentu berat dan tidak mudah, terlebih bagi diri yang lemah ini agar mampu istiqomah. Tapi begitulah Tarbiyah, ia menempuh apa yang telah ditempuh oleh Rasulullah dan generasi terdahulu. Maka generasi akhir zaman yang ditempa ini tentu juga harus mampu disiplin, teguh jiwa dan bersatu dalam cita-cita yang mulia. 

    Roda perjuangan terus berputar, seiring waktu berjalan dan generasi demi generasi silih berganti menuntut ilmu di Rumah Al-Qur`an Daarut Tarbiyah. Setahun, dua tahun, tiga tahun dan seterusnya, masing-masing memiliki garis waktu yang telah Allah takdirkan. Menyelesaikan setoran 30 juz Al-Qur`an adalah impian yang terus berhembus setiap detik di rumah ini. Ia mengudara selama nafas santriwan dan santriwati masih berhembus. Impian itu terus berdetak seperti jantung yang mengalirkan darah perjuangan. Selamanya takdir Allah adalah rahasia, maka wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk berikhtiar keras dan melangitkan do`a-do`a, hingga impian itu sampai pada pintunya. 

    Begitulah impianku menjadi penghafal Qur`an bersama Rumah Al-Qur`an Daarut Tarbiyah. Begitu dahsyat takdir Allah menggariskan ruang dan waktu bagi setiap hambaNya. Sementara jalan ini masih begitu panjang, selamanya seorang mukmin harus menjadi pembelajar. Membaca, menghafal dan mengamalkan Al-Qur`an. Semoga keberkahan dan kemuliaan tercurah limpah kepada Rumah Al-Qur`an Daarut Tarbiyah. 


 
;