Hari itu di salah satu sudut
kampus aku bertemu dengan Lily, seorang teman yang sudah cukup lama kukenal. Ia
tampak sibuk membawa beberapa barang. Meski sedang kerepotan begitu ia tetap
cantik. Rambutnya yang lurus diikat rapi, penampilannya trendi dan menarik.
Seperti biasa. Ya, Lily memang selalu mempesona. Aku melambaikan tangan
berharap ia menoleh ke arah tempatku berdiri.
“Eh, Aldi. Mau kemana?”
Lily berjalan ke arahku. Tapi,
siapa yang bersamanya? Ia mengajak seseorang. Gadis itu cukup asing, aku bahkan
baru kali ini melihatnya bersama Lily. Bajunya terusan dan tampak kebesaran.
Jilbabnya panjang sekali mirip ibu-ibu wiritan. Dia tak pandai menata penampilan, pikirku.
“Mau kemana, Al?”
“Eh, ini mau nge-lab. Biasa..”
“Oo. Rajin bener.”
Aku hanya tertawa dipuji begitu. Lihatlah,
make up yang dipakai Lily membuatnya
tampak semakin manis. Mataku lalu tertuju pada gadis di sampingnya. Wajahnya
biasa saja. Polos tanpa segurat riasan. Tidak menarik. Dia harus banyak belajar
dari Lily.
“Kabarnya gimana?”
“Baik.” jawabku menjabat
tangannya yang sudah terulur. “Kamu gimana?”
“Baik..”
” Ini, siapa Ly?” tanyaku
penasaran.
“Oiya. kenalin ini Sinta,
temenku.”
Gadis itu menunduk. “Sin, kenalin
ini Aldi temenku juga. Anak Biologi.”
Aku bingung, kenapa dia cuma menunduk.
Mungkin pemalu, batinku.
“Aldi..” ucapku sambil
menyodorkan tangan.
Tiba-tiba gadis itu mengatupkan
kedua tangannya sambil sejenak melihat wajahku. “Sinta..”
“Eh.. iya.” refleks kutarik tanganku kembali.
Degg... Ada yang berbeda saat peristiwa sepersekian detik itu
terjadi dihadapanku.
“Yaudah kita duluan ya, Di.”
“Iya iya.”
Lily berlalu bersama gadis itu.
Dan tiba-tiba saja, gadis itu menjadi begitu cantik dalam pandangan kedua
mataku.
Kira-kira
seperti itulah kisah nyata yang pernah saya baca setahun yang lalu. Tapi lupa
bacanya dimana terlebih lagi penulisnya siapa. Yang jelas kisah itu benar-benar
“ngena” di hati saya. Cantik. Wah, ternyata definisi cantik bisa berubah hanya
dalam hitungan menit saja. Kisah itu sangat recomended
untuk para muslimah dimanapun berada. Sungguh, berbahagialah. Cantikmu itu
berbeda, saudariku.
Just share, tidak sedikit teman-teman
saya yang ngeluh tentang penampilannya yang tidak bisa secantik orang lain.
Kenapa gak seputih dia, kenapa gak sekurus dia, gak semancung dia, gak semampai kayak dia, de el el. Dan saya yakin, semakin sering kalimat
itu terucap, semakin jauh pula ketenangan dari hatinya.
Rumus
cantik adalah bersyukur :)
dengan bersyukur, kamu cantik. Jika bukan di mata manusia, kamu cantik bagiNya.
Karena kamu telah berterima kasih atas pemberiannya yang sempurna. Tanpa cacat.
Bahkan mereka yang Allah ciptakan dengan kekurangan fisik bisa sangat bersyukur
dan banyak menjadi hafizhah Al Qur`an, nah kita yang sempurna gimana? Masih
dipusingkan dengan merasa kurang cantik, kurang ini, kurang itu. Sementara amal
baik aja males-malesan. Tapi nuntutnya banyak amat.. Astaghfirullah.
Lihatlah
kisah Aldi diatas. Itu kisah nyata loh, based
on true story. Mungkin Aldi adalah gambaran penilaian umum dari seorang
laki-laki. Tanpa kacamata iman, cantik hanyalah cakupan makna artifisial yang
sementara. Itulah yang selama ini didoktrinkan oleh kaum kapitalis-materialis
yang menjadikan perempuan sebagai objek keuntungan. Padahal cantikmu jauh
diagungkan oleh penciptaMu yang mulia, dan kamu dijaga bak permaisuri dalam
aturan Islam yang sempurna. Tak sembarangan orang boleh menyentuhmu, melihat
bentuk tubuhmu, indahnya penciptaan Allah di dalam dirimu. Kamu adalah ratu
yang dimuliakan, jika kamu seorang muslimah. Beruntungnya!
Maka
jangan lagi menghukum dirimu dengan rasa minder. Meski bukan dia, kamu cantik
apa adanya. Menjadi kamu. Bersyukurlah dan berfikir positif, dekati teman-teman
yang positif, aktivitas yang positif dan sebarkan aura cantikmu itu. Aura yang
dipancarkan oleh cahaya keimanan. Kepercayaan penuh kepadaNya, keyakinan
melangkah dengan kaki sempurna pemberianNya. Jadilah kamu yang bercahaya,
dengan sinarmu sendiri. Sinta dalam kisah diatas tentu bukan Lily yang dipuja,
tapi keshalihan yang ada padanya mampu mematahkan definisi cantik yang telah
tertata rapi di kepala Aldi, bahkan mungkin berjuta laki-laki diluar sana.
Tentu saja, sebab cantikmu beda. Cantik yang hakiki. Cantik itu... saat kamu patuh pada setiap
aturanNya.
“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik dan jelita.”
(Q.S Ar Rahman: 70)